BANDA ACEH. medialatahzan.com– Kepala Dinas Peternakan Provinsi Aceh Zalsufran, ST. M.Si melalui Kepala Badan Layanan Usaha Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Ternak Non Ruminansia (BLUD UPTD BTNR) Dinas Peternakan, drh. Yessy Fandiba,MM mengatakan, saat ini BLUD UPTD BTNR Dinas Peternakan memiliki sekitar 50 ribu ekor lebih ayam petelur yang mampu memproduksi sekitar 40 ribu butir telur per hari.
“ Usaha ayam petelur saat ini sudah memsuki masa produksi tiga periode sejak 2019. Satu priode itu 18 bulan. Kita memiliki 32 ribu ekor ayam petelur yang sudah berproduksi 78 persen di Blang Bintang. Sedangkan di Sare juga sudah berproduksi 85 persen dari 18 ribu ekor. Di lokasi Sare mereka sudah menggunakan mesin produksi, sementara di Blang Bintang masih manual dalam pengelolaan kandang”, terang drh. Yessy Fandiba kepada media Latahzan.com di Banda Aceh, Selasa (4/4/2023).
Menurut Yessy, dari kedua kandang ayam petelur itu Dinas Peternakan Aceh sudah menghasilkan 40.260 butir telur setiap hari dengan menjualnya dibawah harga pasar yaitu Rp.1.350 per butir atau satu ikat isi 300 butir telur Rp. 405 ribu. Atau Rp.40.500 per papan ( 30 butir), sedangkan harga pasaran telor dari Medan diatas harga tersebut.
“ Kita menjual telur ayam dibawah harga pasar umum, karena BLUD ini punya missi selain untuk berupaya memenuhi kebutuhan telur konsumsi masyarakat juga untuk kegiatan pendidikan yaitu tempat penelitian dari kalangan mahasiswa dari beberapa kampus yang datang ke BLUD kita”, jelas Yessy lagi.
Artinya dalam setahun usaha ayam petelur milik BLUD Peternakan dengan harga jual Rp.1350 per butir dapat meraup untung Rp. 19,566.360 miliar Rupiah, itu belum termasuk ayam apkiran yang dijual dagingnya.
Mengutip keterangan media lokal di Banda Aceh, Kepala BPKA, Azhari Hasan, SE, MSi melalui Kabid Pendapatannya, Saumi Elfiza, menyampaikan kepada wartawan, Jumat (16/7/2021), peternakan menyumbang Pendapatan Asli Aceh terbesar.
Saumi menyebutkan BLUD yang sudah menyetor PAA semester I tahun 2021, yakni BLUD Balai Ternak Non Ruminansia (BTNR) di bawah Dinas Peternakan Aceh mencapai Rp 5,6 miliar.
“Itu BLUD yang nilai PAA-nya besar,” kata Saumi.
Ditanya media ini berapa biaya per periode dan keutungan yang didapat dari satu periode, drh. Yessy Fandiba menyebutkan, “ Dari biaya awal Rp. 8 miliar untuk satu periode bisa menghasilkan Rp.13,5 milyar”, katanya. Ini artinya ada kentungan dalam 18 bulan sebesar Rp. 5,5 miliar.
Budidaya ayam petelur itu melibatkan empat tenaga kerja dan satu tenaga kontrak di Sare. Sementara di Blang Bintang tujuh tenaga kerja ditambah 5 tenaga kontrak untuk mengurus ayam.
Diakui Yessy, usaha ayam petelur ini masih sangat ketergantungan dari luar. Untuk keperluan pakan dan obat-obatan, terkadang kalau Dolar naik, biaya operasional juga tinggi. Meskipun mereka sudah ada kerjasama dengan PT. Golden Utama, tetapi sifatnya masih juga membeli, kata dokter hewan wanita ini.
Yessy juga menyebut kendala usaha ayam petelur ketika harga di pasaran rendah, sementara operasional mereka tinggi, seperti untuk membeli bibit dan obat-obatan, semua masih dari luar.
Semua produksi telur dari peternakan dikatakan Yessy masih untuk konsumen Aceh. Itupun masih banyak sekali kekurangan telur ayam, kata dia. Selain dari Blang Bintang dan Sare, usaha ayam petelur ada juga di Nagan Raya, Sigli dan Aceh Utara, mereka usahanya dalam skala kecil milik pribadi, tandas Yessy.
Produksi ayam petelur dikatakan Yessy hanya sampai usia 18 bulan. Setelah itu sudah apkir, telurnya menurun, ambang batas keuntungan adalah ketika ayam masih 75 persen bisa bertelur. Tetapi bila sudah 65 persen tidak menguntungkan lagi, tegasnya.(Udin)
Pekerja mengumpulkan telur ayam di peternakan Badan Layanan Usaha Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Ternak Non Ruminansia (BLUD UPTD BTNR) Dinas Peternakan Provinsi Aceh, Aceh Besar, Aceh, Rabu (31/3/2021). BLUD UPTD BTNR Aceh memiliki sekitar 50 ribu ekor lebih ayam petelur yang mampu memproduksi sekitar 40 ribu butir telur per hari. Ist.