BANDA ACEH.medialatahzan.com – Kalimat -kalimat taybah, shalawat Nabi dan syair-syair meninabobokkan anak terdengar merdu meluncur dari bibir ibu-ibu peserta lomba “peuayuen aneuk”, yang digelar di Museum Aceh, kota Banda Aceh, Kamis (9/11/2023.
Lomba dimulai pukul 8.30 Wib sampai sore . Setiap peserta diberi waktu 20 menit. Diikuti 21 peserta dari perwakilan kabupaten/ kota se- Aceh.
Unjuk kebolehan lomba peuayuen aneuk ( meninabobokkan anak balita ) teradisi khas setiap kabupaten/kota yang ditampilkan mendapat perhatian ratusan pengunjung. Lomba ini bagian dari agenda kegiatan pekan kebudayaan Aceh PKA ke-8 di Banda Aceh dihelat 4 sampai 12 November 2023.

Setiap peserta lomba memainkan alat peraga, bayi mungil dari boneka, ayunan dan perlengkapan lain, dilanjutkan menyanyikan pesan- pesan positif kepada anaknya, misalnya kalau sudah dewasa, patuh pada orang tua, jangan lupa jasa orang tua, jangan seperti cerita Malim Kundang si Anak Durhaka yang lupa jasa ibu yang melahirkan dan membesarkannya. Begitulah dengan banyak variasi pesan-pesan positif lainnya.
Dalam bahasa daerah yang kental dan gaya kocak menunjukkan kepiawaian masing -masing, sesekali terdengar gelak tawa pengunjung yang merasa lucu dengan beragam gaya dilakoni peserta.
Pengunjung tak bergeming, mengasikkan, tetap betah mendengarkan kalimat taybah, salawat kepada rasullullah dan syair-syair berbahasa asli daerah khas daerah Aceh, Simeulue, Gayo, Singkil yang tentu banyak tak dimengerti pengunjung dari daerah berbeda.
Pantauan medialatahzan com dewan juri yang diketuai Drs.H. Ameer Hamzah, M.Si , Ketua Majelis Adat Aceh ( MAA) kota Banda Aceh bersama empat anggota dari akademisi perguruan tinggi dan tokoh-tokoh adat begitu serius memperhatikan setiap gaya ayuen aneuk dari peserta. Sampai menjelang shalat dhuhur baru 15 peserta yang tampil, sisanya dilanjutkan satu jam berikutnya.

Tgk. H. Ameer Hamzah yang juga penceramah tetap Mesjid Raya Baiturrahman ini, baru saja menerima Anugerah Budaya dalam rangkaian PKA-8 di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, Senin malam, 6 November 2023 bersama 13 orang yang berjasa dan berkontribusi dalam dunia seni, adat dan budaya.
Teradisi Ayuen Aneuk Nyaris Luntur
” Teradisi ini memang ada luntur di kota-kota. Tetapi di kampung-kampung saya lihat masih kuat sekali ayun anak ini”, kata Drs.H.Ameer Hamzah, M.Si saat diwawancarai media ini ketika jam istirahat siang jeda perlombaan ayuen aneuk.
Dengan syair-syair seperti sekarang, lanjut Ameer, ada tiga unsur dalam syair ayun anak itu.
” Yang pertama aqidah Islamiah, yang kedua akhlak, diajarkan anak-anak itu akhlak mulia dan yang ketiga heroisme, mencintai bangsa, agama dan tanah air.”, kata Ketua MAA kota Banda Aceh ini.
Peuayuen Aneuk Budaya Islam
“Dan ayuen aneuk ini budaya Islam “, ujar Ameer.
Ia mengutip hadis sahih dari Rasulullah
” Utulubul ilma minal Mahdi Ilal lahdi.Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat”, ujarnya.
Jadi seluruh bangsa bukan hanya Melayu, lanjut dia, bukan hanya Aceh ini, bangsa Arab juga, bangsa apa saja termasuk orang non islam menina bobokkan anak itu dengan syair. Tapi setiap orang akan terpengaruh dengan agamanya , orang Yahudi akan terpengaruh dengan Taurat, orang Nasrani akan terpengaruh dengan agama dan kitab Injil.
” Kita orang Islam, terpengaruh dengan Al Qur’an. Dengan bahasa agama kita, dengan Al Qur’an kita syairkan untuk menina bobokan anak. Jadi tidak benar kalau ayuen anuek hanya dikenal di Aceh , tidak “, terangnya meluruskan anggapan masyakat Aceh yang rada keliru.
Diakui mantan redaktur Harian Serambi Indonesia ini, karena teknologi modern, perubahan zaman, nilai-nilai tradisional itu luntur.
Dijadikan Agenda Perlombaan Tahunan
” Supaya teradisi peuayun aneuk ini hidup, jangan 5 tahun sekali dilombakan, hanya kalau ada PKA. Sebaiknya setiap tahun menjadi agenda kegiatan tahunan daerah. Jadi ada juara Kecamatan, juara kabupaten dan juara Provinsi Aceh dengan piala misalnya dari gubernur menurut tingkatnya, baru ayun anak ini berkembang . Kalau 5 tahun sekali Beginilah nasib ayuen aneuk”, ujar ustadz Ameer yang dikenal sejarahwan Islam ini.
Menanggapi lomba teradisi peuayun aneuk pada PKA ke 8, Ameer Hamzah menanggapi positif.
” Ya suatu kebahagiaan kita ketika dalam PKA masih ada ” lomba peuayuen anuek” , sehingga peuayun aneuk ini mudah-mudahan tidak akan musnah, tetap aktual setiap pribadi rumah tangga terutama kaum muslimin di Aceh. Tapi juga kita harapkan kepada orang-orang lain”, imbuhnya.
Ameer Hamzah mengajak semua daerah di Aceh, ” Tapi untuk Aceh, Simeulue , Gayo , semua etnis yang ada di Aceh adalah orang-orang Islam. Kita tanamkan nilai-nilai Islam dalam ayuen anuek, nilai tauhid , nilai pahlawan dan kepada ibu-ibu muda kita supaya menina obokkan anaknya dengan syair-syair Islam”, harapnya.
“Jangan yang tidak sesuai dengan budaya kita”, ia menyaranksn.
Sedangkan aspek-aspek yang dinilai dewan juri.
” Yang sangat kita nilai ialah yang pertama isi syairnya harus mengandung tiga perkara tadi tauhid, akhlak dan heroisme kepahlawanan”, ujar Aneer Hmzah.
Selain itu, disitu harus ada unsur lain. unsur lain itu adalah suara , suara ibu-ibu apakah indah atau tidak.
Tapi bersama itu juga ada unsur ayun dengan lagu itu harus seirama misalnya model acak ini harus sesuai iramanya atau model kiri kanan kita ayun, ujarnya.
“Atau ada juga ibu-ibu tadi, tidak bergerak apa-apa syair sendiri anak dalam Ayun sendiri itu tentu nilainya akan kurang walaupun tidak salah”, urai Ameer. (Kasman)